TUGAS KAJIAN PROSA FIKSI
ANALISIS CERPEN
PENGEMBARAAN SARIDIN
Oleh,
Harmoko
08340037
JURUSAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2009
Judul Cerpen : Pengembaraan Saridin
Penulis : S. Prasetyo Utomo
Terbit : Kompas, Minggu, 23 Juli 2006
UNSUR INTRINSIK
Gaya Bahasa
Dalam cerpen berjudul “Pengembaraan Saridin” penulis menggunakan gaya bahasa mudah, dan bisa dimengerti tapi terdapat beberapa gaya bahasa kiasan antara lain:
Metafora “rumah yang selama ini menjadi tempat bernaung”
Personifikasi “tirai itu telah menjelma menjadi selubung rahasia”
Asosiasi “Saridin terdiam sebeku tugu” “
Setting
Waktu: senja, sore, malam, fajar, dan subuh.
• Senja
“…langit meredup matahari semerah ludah pengunyah sirih…”
“pada saat matahari tak memerah di lengkungn langit…”
“…senja muali surut…”
• Sore
“…mobil datang pada sore hari…”
“…hari sudah menjelang petang…”
• Malam
“…saat matahari tenggelam langit meredup perlahan-lahan…”
“…mereka menanti langit timur memunculkan rembulan bundar dan cahayanya jatuh di atas laut…”
“…di tepi telaga, dalam pantulan rembulan…”
“di permukaan telaga, dalam bayangan cahaya bulan…”
“…di bawah baying-bayang bulan purnama…”
“…malam hari, ketika lakon dimainkan…”
• Fajar / Subuh
“…fajar mulai menampakkan biasnya di langit…”
• Pagi
“…ia hadir paling pagi…”
Tempat
• Di rumah “…tetangga sebelah rumah—yangbiasanya menaburkan kecemburuan…”
• Kota, desa, dan hutan belantara
Suasana
• Cemburu “…menaburkan kecemburuan, memandanginya dengan cahaya mata yang sinis…”
• Sedih “…seluruh karyawan meninggalkannya dengan raut yang murung, sedih, dan tak berdaya…”
• Diam “…Saridin terdiam sebeku tugu, Ia kehilangan istri, rumah, dan perusahaannya bangkrut…”
Keadaan Geografis
• Gerimis “…saat gerimis turun mulailah Ia meninggalkan pelataran rumah…”
• Terang “…langit terang, dan matahari berchaya…”
• Redup “…langit meredup…”
• Basah dan gelap “…hutan yang basah dan gelap…”
Sudut Pandang
Sudut pandang yang digunakan penulis dalam cerpen berjudul “Pengembaraan Saridin”, adalah sudut pandang orang ketiga dimana penulis menyebutkan nama-nama tokohnya, seperti Saridin, Savitri, Tanjung, dan Mbah Sarijan.
ANATOMI SASTRA
• Crpen
• Sinopsis
Di awali dari kepergian istrinya lari dengan laki-laki lain Sadirin menjadi sangat sedih dan terpukul, apalagi Ia terpaksa kehilangan rumah tempat Ia tinggal, parusahaannya bangkrut hingga menyebabkan para karyawan terpaksa pergi meninggalkannya.
Sadirin pergi tanpa tujuan, Ia berjalan mengikuti kemana langkah kakinya. Pergi meninggalkan kota tempat tinggalnya meramba desa dan hutan belantara. Ia sama sekali tak memprdulikan kondisi fisiknya, diperjalanannya Ia teringat bagaimana awal pertemuan pertama dengan Savitri sampai Ia menikahi gadis itu. Sulit bagi sadiron menerima kenyataanya yang menimpa hidupnya. Sampai suatu ketika dipenghujung perjalanannya Ia bertemu dengan Mbah Sarijan, tokoh tenang damai hingga Ia tidak mampu membantah satu katapun dari Mbah Sarijan, Ia menuruti apa yang diperintahkan Mbah Sarijan agar Ia pulang kembali ke rumahnya. Tapi pada saat Ia pulang kondisi fisiknya tidak kuat lagi, pengliahatannya samar-samar bahkan tak bisa membedahkan siapa yang ilihatnya. Sampai Ia tidak bisa mengethui apa yang terjadi selanjutnya, pada saat Ia sadarkan diri tentunya harapannya yang pertama kali Ia lihat adalah istrinya, tapi justru yang pertama kali dilihatnya adalah Tanjung sekretaris kantornya.
• Interprestasi
Pada permulaan penulisan cerpen, penulis langsung membuka pokok permasalahan, yang berawal dari kepergian sang istri yaitu Savitri, pergi meninggalkan Saridin dan lari dengan laki-laki lain, perusahaannya bangkrut mengakibatkan karyawannyapun pergi, dan Saridin kehilangan rumah tempat tinggalnya. Sehingga Sadirin pergi mendaki gunung tanpa arah. Ia hanya mengikuti kemana langkah kakinya berjalan, sampai disuatu tempat Ia bertemu Mbah Sarijan yang bisa disebut petapa. Dari pertemuan Saridin dengan Mbah Sarijan cerita memuncak. Cerita klimaks pada saat Saridin pulang tidak sadarkan diri, saat Ia sadar Saridin berharap yang pertama kali Ia lihat adalah Savitri, tapi ternyata bukan Savitri melainkan Tanjung. Gadis cantik itu adalah sekretarisnya di kantor.
• Kesimpulan
Saridin kehilangan rumah tempat tinggalnya, perusahaannya bangkrut, dan kehilangan istrinya yang lari dengan laki-laki lain. Semula Sadirin masih mengharapkan kehadiran Savitri pada saat pertama kali Ia sadarkan diri, tapi kenyataannya berbedah justru yang pertama kali Ia lihat pada saat Ia sadarkan diri adalah Tanjung sekretaris kantornya. Setelah itu Sadirin sama sekali tidak mengharapkan kehadiran Savitri.
salam kenal…
blognya keren , artikelnya juga keren keren dan mantap mantap,,
thanks, di tugggu kunjjungan baliknya
makasiiihh…
lelaki hujan??? teringat prosa kolaborasiku yang judulx menanti lelaki hujan di dusun rintik… 🙂