Hembusan angin kencang menghempas daun ranting pepohonan. suasana ini membuat semua orang ketakutan, suara gemuruh petir silih berganti. pohon demi pohon mulai bertumbangan deru sungai pun menunjukan betapa deras air yang menghantam bebatuan brantas. tak sedikit pun gadis itu beranjak dari redupnya rimbun pohon bambu, sekelibas kilat menyapu mata beningnya Ia cukup terkejut lalu kembali tegar pada pendirian. Ia merasa pertengkaran hebat antara Ia dan Ibunya jauh lebih menyeramkan dari kejadian sekarang. Ia berharap sang Ibu berlari memeluknya ditengah hujan yang mulai membasahi sekujur badan tapi harapan itu seketika sirna mendengar lengkingan suara lewat celah pintu “mati saja sekalian dasar anak haram tak berguna!” sejauh ini Ia kuat menahan makian dan amarah ibunya, tapi kata-kata itu merobak jantung pertahanannya. Ya Allah, benarkah aku anak haram. seketika telaga bening itu pecah dihantam serapa ibunya. kemana aku harus pergi tak ada lagi gunanya aku memeluk dingin hujan demi meluluhkan hati ibu. pikirannya mulai bekerja karna mempertahankan idiologi naluri tiada merubah keadaan.
selangkah demi selangkah Ia menjauhi tempat itu, pergi bersama dada terhempas dan linangan mata yang menghangat. sebentar lagi senja akan membentangkan tirainya Ia harus menemukan tempat istirahat sebelum gelap menghalangi semua pandangannya. Bukan Laras jika Ia harus melangkah gontai diiringi tetesan air mata yang mulai mengering, secepat mungkin Ia membersihkan airmatanya dan melanglah lebih gesit melawan gelap yang tak bisa ditarik tibahnya. Laras, gadis belia yang amat manis, diantara gadis-gadis di desanya Ia merupakan primadona idaman semua pemuda dan jangankan kaum Adam berlumur nafsu, Bangsa Jin pun pasti tergoda akan kecantikan Laras yang ranum dalam perjalanan menuju predikat dewasa. sedang Ia berjalan menyusuri jalan setapak ke desa tetangga tak Ia sadari tiga kawanan Jin mengikuti langkaha kakinya. Laras merasa dingin angin menyergap uluh hatinya mulai berbeda dari dingin sebelumnya. rasa takut kini menyelimuti langkah gadis ayu nan belia itu, pepohonan yang Ia lalui seakan membisikan kata-kata mistis sulit diterjemahkan oleh pikirannya. sembari mempercepat langkahnya Laras berdoa semoga terhindar dari jenis gangguan dan kejahatan makhluk halus berinisial Jin.
Cukup sampai disini gadis manis! kalimat yang membuat jatung Laras terpental kiluan meter jauhnya sebelum Ia sadar kalau yang menghentikan kakinya adalah tiga kawanan Jin yang sedari tadi mengikutinya. Laras ingin menjerit sekuat tenaga untuk minta pertolongan, tapi jeritnya tertahan dalam kerongkongan kian mengerat. matanya menangis menunjukan rasa takut amat menyeramkan. selama ini Jin hanya sebutan dari beberapa Kiai tempat Ia mengaji sewaktu kecil, bahwa Jin adalah makhluk halus yang berada di alam ghaib. tiada perna Ia menduga akan bertemu makhluk ini diantara pohon-pohon menuju desa tetangga. “Ibu mengapa sampai begitu tega membiarkan laras…. ” dan kata-kata itu diteruskan oleh linangan airmata penuh kektakutan.
satu diantara Jin itu tersenyum dan merubah wujudnya menjadi putri cantik jelita, diikuti yang satu menjadi sosok pemuda sangat tampan, dan terakhir Jin yang membentaknya. ternyata Ia lebih tampan dari sosok seorang pangeran. dua kejadian secara bersamaan yang membuat Laras ingin pingsan karena tak mengerti apa yang sedang Ia alami.
melihat Laras diselimuti perasaan yang tidak bisa Ia mengerti sang putri segera menghampiri sambil mengusap rambut laras yang hitam lembut. “tenang Laras, kami adalah perewang yang selama ini menjagamu sedari kecil. perlu kamu ketahui bahwa aku Putri Delimah dari kerajaan silam, itu dua sodaraku Pangeran Suroh, dan Pangeran Gentar Alam. kamu tidak perlu takut biarpun kami dari alam lain tapi kami adalah baik.” perlahan Putri Delimah membimbing laras untuk berjalan dan diikuti dua pangeran yang memiliki paras selembut embun menetes dikala pagi. “Laras, kamu adalah titisan dari kerajaan silam, dan Ayahmu sama seperti kami. karena Ayahmu berhati baik, hingga Ia mempunyai kelebihan dari kami, bisa menjadi manusia. tapi Laras bedahnya, manusia berumur terbatas tidak demikian kami yang akan silam sebelum kiamat datang. Ayahmu tidak keberatan sekalipun Ia akan mengami kematian bila memilih hidup sebagai manusia”. perlahan Laras bisa mengerti arah pembiacaraan Putri Delimah sekaligus tersibak sudah sejarah, siapa Laras sebenarnya.
kemana kita akan pergi? setelah jauh melangkah Laras menyadari bahwa Ia tidak mengetahui kemana tujuan mereka. kami akan membawamu dimana kami berasal. Laras sedikit takut, tapi Ia beranikan diri untuk mengikuti arah kemana Ia akan dibawa. sektika suasana menjadi hening…
Laras benar-benar tak menyadari kalau Ia berada di alam yang berbeda. sebisa mungkin Ia memutar kejadian yang Ia alami sebelumnya. Ia bertengkar dengan Ibunya dan itu sudah menjadi hal yang biasa selama ini, lalu Ia menangis, meringkuk dibawah pohon bambu tidak jauh dari halaman rumahnya dan Ibunya mengatakan Ia “anak haram” kata itu sangat menusuk hati laras. tapi yang laras bingung mengapa Ibunya tak perna menyinggung siapa Ayah Laras sebenarnya… dan siapa mereka ini?
selagi Laras memutar rekaman kejadian yang Ia lalui, Putri Delimah menyadarkan Ia, seketika itu tayangan hilang. kita sudah sampai Laras. Laras menjadi tambah bingung, melihat pemandangan yang ada dihapannya. Ya, Tuhan ini sebuah kerajaan? Laras inilah temapat Ayahmu dan kami berasal kamu tidak perlu bertanya kerajaan apa ini. dan disini kamu akan disidang untuk menentukan hidupmu yang sebenarnya. apa kau memilih sebagai manusia atau hidup bersama kami di Istana ini. Laras kami sudah sangat lama merindukanmu hanya kamu satu-satunya putri penerus garis keturunan Ayahmu. bersiaplah, kamu akan menjani beberapa ritual sebelum dihadapkan pada Ayah Prabuh yang merupakan eyang atau kakek sebutan alam manusia. papar Putri Delima. dan Laras pun dibawa kedalam ruangan penuh semerbak wangi kembang.
sepanjang ritual Laras tak mengutarakan sepatah kata pun, begitu juga abdi kerajan. mereka menjalankan perintah dengan semestinya. usai acara ritual Laras dibimbing memasuki ruangan termegah dalam kerajaan. seperti mimpi, Laras menjadi sangat kecil dalam ruangan yang ditatah dengan emas, intan, dan berlian. bahkan tempat duduk para pembesar kerajaan tak bisa diumpakan dengan kemegahan yang ada di alam manusia. hingga Laras tak berani memandang Paduka Prabuh.
Laras cucuku, kemarilah! ujar sang prabuh dengan lembut. laras pun memberanikan diri mendekati tempat duduk sang prabuh. “jikalau sedari duluh kau hidup bersama kami mungkin tak perna ada satu pun kesedihan yang berani menghampiri waja Indahmu. kamu mengingatkan aku pada Ayahmu. lembut, tegar, berjiwa besar dalam menghadapi segala macam apapun. Laras menjani hidup sebagai manusia merupakan hal yang tersulit, itulah yang kamu alami selama ini. tapi akan lebih baik jika kamu mengetahui semuanya. Laras Tak berani mengangkat kepalahnya barang sedikit pun sampai sang prabuh meneruskan kata-katanya. Ayahmu adalah putra tertua dari kerajaan ini, memiliki kharismatik sebagai teladan yang baik penerus kerajaan dan dicintai oleh semua penduduk kerajaan dari kalangan Isatana abdi dalem serta penduduk biasa. Ayahmu juga merupakan pemudah gagah yang tak perna bisa duduk diam melihat kejadian disekitarnya bahkan Ia berani campur tangan untuk membantu manusia padahal sudah berbeda alam. karena kebaikan hati Ayahmu Sang Bathara mengabulkan permohonannya untuk menjadi menusia. itu adalah peristiwa sulit untuk ditrima oleh kerajaan terutama aku sebagi Ayahnya. sekali lagi tak ada satupun yang bisa menghalangi kemauan Ayahmu untuk menjalani hidup sebagai manusia. keputusan ditentukan saat itu dan putus sudah hubungan Ayahmu sebagai Putra kerajaan demi hidup yang Ia pilih.
sampai akhirnya Ayahmu menikah dengan seoarang gadis tercantik pada suatu desa. dan perlu kau ketahui manusia berwajah cantik belum tentu bararti Ia memiliki hati yang cantik pula. manusia lebih dikuasai hawa nafsu daripada hati nurani mereka, demikian juga ibumu laras. Ibumu menerima pinangan Ayahmu lantaran Ayahmu mempunyai wajah tertampan diantara dari sekian banyak pemuda di desa itu. itu adalah salah satu ciri khas manusia yang lebih mengutamakan penilaian nafsunya ego ketimbang hati yang bersih. pernikahan Ayah dan Ibumu berlangsung sangat meriah, kalaupun ada peristiwa yang paling istimewa di dunia itu adalah pernikahan Ayah dengan Ibumu.
tapi keistimewaan acara itu bukan jaminan hidup manusia akan seistimewa seperti yang mereka langsungkan. justru menjadi berbanding terbalik. setelah sejarah mencatat kejadian yang paling memukau di seluruh maestro dunia (acara pernikahan itu) ternyata membisikan pikiran-pikiran buruk dalam benak orang di sekitarnya. kaum perempuan iri melihat Ayhamu bersanding dengan Ibumu, dari kalangan pemuda pun tak kalah hebatnya, mereka ingin membunuh Ayahmu karena telah merampas kesempatan mereka untuk memiliki gadis primadona di desa mereka sendiri. dan Tuhan, menghendaki keinginan mereka terjadi mungkin sebagai peringatan menunjukan bahwa tak semua manusia berhati mulia atau Tuhan mempunyai garis lain tak ada yang bisa mengetahuinya. Rumah Ayah dan Ibumu dibakar oleh mereka yang memiliki keingin untuk itu. dan Ayahmu menjadi lahapan empuk ganas api yang mereka ciptakan, sedang Ibu dan kamu yang waktu itu masih bayi masih bisa diselamatkan.
jangan heran jika kamu selalu mendengar kata-kata kasar dari Ibumu, karena memang itulah Ibumu yang sebenarnya. kasar berlumur nafsu yang Ia bungkus oleh kecantikan kulit luarnya.
Laras cucuku, itulah sedikit cerita ayahmu dan buruknya menjalani hidup sebagai manuasia. sekaranga kamu harus menentukan pilihanmu untuk kelangsungan hidup yang lebih baik. kamu bisa hidup damai dalam kerajaan ini dan tak sedikitpun akan merasa kekurangan atau menikmati hidup sebagai manusia yang berselimut kesedihan.
Laras hanya diam mendengar cerita yang membuat sang prabuh dan semua yang ada dalam ruangan itu menjadi sedih. bahkan megahnya isi ruangan menjadi luntur karena suasana hati mereka berkecamuk sedih haru membiru oleh cerita sang prabuh. Laras mengangkat kepalah dan membuka bibirnya yang sedari tadi terkinci. Eyang Prabuh, Putri Delimah, Pangeran Suroh, Pangeran Gentar Alam, dan Semua yang ada dalam ruangan ini. dengan penuh keyakinan laras memulai kata-katanya.. Menjalani hidup sebagai manusia adalah memang hal yang paling sulit, karena manusia memiliki sifat-sifat buruk yang mengiringinya setiap nafas. tapi aku Laras tak akan membuat Ayahku menjadi sedih menganggap keputusannya adalah salah. kita memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, tapi bukan berarti kita harus saling menjatuhkan. Lihat Ayahku, orang yang selalu kalian cintai akan kebaikan dan pendiriannya. tidak akan perna bisa kalian melupakannya, dan aku dengan hati tulus penuh kayakinan memilih jalan yang telah Ayah pilih. semua yang ada dalam ruangan itu tergetar mendengar kata-kata Laras penuh keyakinan dan pendirian. untuk kedua kalinya sejarah mengabadikan peristiwa dalam catatan abadi mereka. Larasati gadis yang tak perna gentar menjalani hidup sebagai manusia sekalipun harus melawan sifat-sifat buruk dalam dirinya sebelum bertarung hebat dengan suasana lingkungan sekitar.
Lelaki Hujan, 31 Oktober 2010